Selamat datang di situs kami semoga bisa membantu anda

.

Selasa, 19 April 2011

Pembuatan Telahaan Staf Paripurna

TELAHAAN STAF

Untuk              : Gubernur Dua puluh Kota
Dari                 : Kepala Dinas Sosial Provinsi Dua Puluh Kota
Nomor             : 001/056/2010
Tanggal           : 15 Januari 2011
Sifat                : Penting
Lampiran         : -
Perihal             : Kerusuhan bersifat SARA


                                                                                                                               
1.        Permasalahan
Terjadinya kerusuhan di Provinsi Dua Puluh Kota yang di lakukan oleh sekelompok masyarakat sehingga terjadi kondisi yang kurang baik yakni banyaknya pelangaran-pelangaran yang di lakukan yakni perusakan bangunan dan lain sebagainya yang sifatnya anarkisme.
2.        Pra-anggapan
Penyebab terjadinya kerusuhan di duga disebabkan oleh adanya provokasi baik dari faktor internal, maupun dari faktor eksternal yang ada dalam masyarakat Dua Puluh Kota.Terjadinya hal ini di sebutkan karena adanya dendam di antara dua belah pihak dari masyarakat.
3.        Fakta-fakta yang berpengaruh terhadap permasalahan
Ada pun fakta-fakta yang berpengaruh terhadap permasalahan adalah terjadinya pembakaran rumah ibadah, pelemparan toko-toko cina yang berujung dengan pengerusakan dan perampokan, serta munculnya selebaran-selebaran gelap yang isinya sifatnya menghasut rakyat serta mengakibatkan jumlah korban baik manusia maupun material yang cukup banyak.Hal ini sering terjadi sehingga pemerintah harus turun ke lapangan untuk melihat sendiri kerusuhan yang terjadi dan hendaknya secepatnya dapat memberikan keputusan yang tegas serta memberi sanksi kepada pihak yang terlibat di dalamnya.
4.        Pembahasan
Kerusuhan yang terjadi sangat memprihatinkan,karena akibat dari kejadian tersebut banyak sekali kerugian masyaratat yang timbul,baik itu bersifat fisik maupun non fisik.Hal seperti ini sangat-sangat membahayakan bila tidak segera di selesaikan.Untuk itu di harapkan pemerintah dalam hal ini dapat turun tangan langsung.Karena apabila hal ini di biarkan begitu saja secara berlarut-larut,hal ini akan sangat membahayakan khususnya bagi masyarakat yang ada di Provinsi Dua Puluh Kota.
5.        Kesimpulan
Dari k­erusuhan yang terjadi hendaknya Pemerintah Provinsi Dua Puluh Kota dapat mencai tahu penyebab terjadinya kerusuhan,yakni dengan langsung terjun ke lapangan untuk memastikan apa penyebab kronologi kejadian yang sesungguhnya terjadi.Diharapkan juga pemerintah Provinsi Dua Puluh Kota bisa mencari jalan keluar dari permasalahan tersebut sehingga konflik yang terjadi tidak terulang kedua kalinya.Karena kalau hal ini terus-dan teus terjadi,proses pembangunan di Provinsi Dua Puluh Kota tidak akan bisa di laksanakan,karena kalaupun Pembangunan di lakukan,hal itu tidak akan mendapat hasil yang di harapkan,karena masih adanya pihak-pihak organisasi masyarakat yang terus melakukan kerusuhan yang sifatnya Anarkisme.
6.        Tindakan yang disarankan
Adapun tindakan yang bisa saya sarankan yaitu :
1.         Mengadakan pertemuan atau forum diskusi/komunikasi dua arah antara Pejabat Provinsi Dua Puluh Kota,Pemuka Agama dan masyarakat.
2.         Membentuk organisasi wadah untuk koordinasi dan toleransi antar umat beragama.
3.         Menangkap dan menindak tegas pihak-pihak yang dianggap telah memprivokasi sehingga menyulut terjadinya kerusuhan.
4.         Kegiatan bersama seperti gotong royong hendaknya rutin di lakukan guna komunikasi masyarakat bisa berjalan baik satu dengan yang lainnya,dan rasa toleransi akan timbul dari hal itu.
5.         Hendaknya pemerintah lebih sering memantau kegiatan masyarakat di lapangan,serta bersosialisasi dengan masyarakat.(Yrb)



Minggu, 17 April 2011

Kepemimpinan dan Semangat Kerja

Teori-teori kepemimpinan yang pernah muncul sangat beragam banyaknya, mulai dari yang paling sederhana, misalnya hanya mengenai arti kepemimpinan, sampai dengan teori yang menguraikan berbagai tingkatan kepemimpinan seorang pemimpin. Teori kepemimpinan yang menguraikan peran pemimpin dalam sebuah organisasi formal akan menjadi rujukan dalam tulisan ini.Konsep kepemimpinan seperti dikemukakan Hersey dan Blanchard (1992 ; 3 – 4) sebenarnya mempunyai dimensi yang lebih luas dibandingkan dengan konsep manajemen. Manajemen dipandang sebagai suatu jenis khusus kepemimpinan yang mementingkan pencapaian tujuan organisasi. Dalam hal ini perbedaan pokok, menurut mereka, terletak pada istilah organisasi. Kepemimpinan terjadi setiap saat ketika seseorang berusaha mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang, apa pun alasannya.Stoner (1992 ; 468) mendefinisikan secara lebih luas, yaitu bahwa kepemimpinan menajerial merupakan proses, bukan hanya mengarahkan, yang mempengaruhi aktivitas-aktivitas anggota kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan tugas.
Dari definisi ini timbul tiga implikasi yaitu :
1.   kepemimpinan harus melibatkan orang lain, kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak sama antara pimpinan dan anggota-anggotanya, dan pemimpin tidak hanya memberikan pengarahan kepada anggotanya, tetapi juga menggunakan pengaruhnya agar anggotanya menjalankan instruksi-instruksi yang diberikannya.
Teori yang dikemukakan oleh Schermerhorn (1991 ; 461) menjelaskan bahwa kepemimpinan bisa muncul dalam dua bentuk, yaitu kepemimpinan formal dan kepemimpinan informal. Kepemimpinan formal dimiliki oleh mereka yang ditunjuk untuk menjadi pemimpin dalam sebuah organisasi formal, misalnya direktur perusahaan. Kepemimpinan informal dimiliki oleh mereka yang mempunyai kemampuan khusus, yang diangkat oleh suatu kelompok masyarakat karena pengaruh yang dimilikinya, misalnya kiai atau tokoh yang dituakan dalam sebuah kelompok masyarakat.Dari beberapa pengertian tentang kepemimpinan tersebut, maka dapat ditarik suatu pengertian sebagaimana yang dijelaskan oleh penulis di atas bahwa kepemimpinan merupakan suatu proses mempengaruhi perilaku seseorang atau sekelompok orang, baik hal itu mempunyai tujuan tertentu maupun tidak, yang terdapat baik dalam suatu organisasi formal maupun masyarakat. Dalam penelitian ini kepemimpinan yang dimaksud tentu saja adalah kepemimpinan formal dalam suatu organisasi, yang di dalamnya terdapat proses mengarahkan dan mengatur anggota organisasinya.
Salah satu bagian penting dalam proses mengarahkan dan mengatur anggota organisasinya adalah berfungsinya peran-peran kepemimpinan yang seharusnya dipunyai oleh seorang pemimpin. Menurut teori kepemimpinan Minzberg dalam Yukl (1989 ; 62—65), peran-peran tersebut adalah peran interpersonal (terdiri atas peran sebagai simbol, peran sebagai pemimpin, dan peran sebagai penghubung), peran pemberi informasi (terdiri atas peran pemantau, peran penyebar, dan peran juru bicara), dan peran pengambil keputusan (terdiri atas peran kewirausahaan, peran penghalau gangguan, peran alokasi sumber daya, dan peran perunding).Semangat kerja, menurut Davis ( 1962 ; 130) adalah sikap individu dan kelompok terhadap lingkungan kerja mereka dan terhadap kesediaan bekerja sama dengan orang lain secara menyeluruh sesuai dengan kemampuan mereka yang paling baik demi kepentingan organisasi (dalam kasus ini adalah perusahaan tempat mereka bekerja). Selain itu, Nawawi ( 1990 ; 154—155) berpendapat bahwa semangat kerja akan menyentuh aspek kemauan, kehendak, pikiran, dan sikap dalam melaksanakan pekerjaan. Semangat kerja yang tinggi dan positif merupakan faktor yang berpengaruh pada sikap, berupa kesediaan mewujudkan cara atau metode kerja yang berdaya guna dan berhasil guna dalam meningkatkan produktivitas kerja.Dalam kaitannya dengan prestasi kerja, menurut pendapat para ahli, semangat kerja dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, antara lain adalah faktor kepemimpinan, motivasi, dan budaya perusahaan. Dan berbagai tindakan yang mencerminkan semangat kerja, menurut Kerlinger (1987 ; 158—159), yang menjadi acuan dalam penulisan ini, adalah tingkat absensi, kerja sama, tingkat kepuasan, dan adanya disiplin dalam diri karyawan.